Jumat, 01 April 2016



Puisi


Ini puisi
Puisi tentang hati yang merintih
Tentang sakit yang mengiris nurani:
Hey, jangan mencuri

Ini puisi
Puisi kehidupan yang menyendiri
Lebih benarnya sengaja menutup diri:
Ah, untuk apa peduli urusan orang lain

Ini puisi
Dimana hidup tak lagi mudah peduli
Tak ada lagi toleransi
Hingga puisi ini tak tau harus bagaimana agar berarti.


Begitulah Cinta



Begitulah cinta

Ia bagai racun kehidupan

Tak sampai mati, tapi sekarat karenanya

Dan kau tertatih menanggungnya



Begitulah cinta
Ketika ia datang
Seperti ada anak kecil berlarian didada



Dan begitulah egoisnya cinta

Ketika ia pergi

Sesuatu seperti sungai sanggup mendaki bukit-bukit pipimu.

Sabtu, 12 Maret 2016




Tuan, lupakanlah..

Tuan...
Pernah terpikir olehmu kemana arah gurat garis telapak tangan?
Menebak-nebak siapa dan takdir seperti apa yang  berserak.
Pernah tergerak inginmu menghentikan denting waktu bersama?
Menerka kata dan perasaan-perasaan yang menemukan kehampaan
Jika tidak, lupakanlah.

Tuan
Dirimu seperti angin pada dahan
Membelai lembut lalu pergi tanpa bekas
Seperti suara pada tiap denting nada
Terdengar merdu tapi tak terlihat
Lupakanlah.

Tuan
Pada hujan yang kau sebut kenangan
aku menemukan omong kosong bernama cinta.
Semarang, 15 Februari 2016