Rakyat menangis miris
intelektual dibutakan
musisi terbungkam
presiden tuli terpenjara.
bangsa nan besar
jadi lahan perebutan
saling tuduh, lempar aib lempar kesalahan
saling aku kebijakan, aku kebenaran!!!!!
heeeeei wakil rakyat!!!
siapa pula yang kau wakilkan???
harga membumbung tinggi
rupiah merosot tajam
muka datar yang kau suguhkan.
heeeeeeei media massa
rekaman apa yang kalian sibukkan?!
tulisan apa yang kalian sebarkan?!
rakyat miskin perut terlilit
haji lulung yang kalian beritakan?!
bangsa nan besar ini
indonesia yang terpenjara.
mari menutup gerbang untuk krisis moneter jilid dua.
ditulis pada March 13, 2015
Polemik berkecamuk
jelajahi malam,
kafilah tetap berlalu
tanpa empati, pongkahan kuasa
Demokrasi hanya struktur(!)
bergelimpangan di jalan-jalan
gelegar orasi-orasi politik
semangat kian menguap
kita dihalau, dari kampus sendiri.
yang dicengkram, dibungkam sudah
dia nan terdiam, tak lagi bertahan
dijalanan teriakan kebebasan
Harga lanjut mencekik bergerak,
Kampus perlawanan itupun terperangah
bara dikuyu mata
frustasi memendam dendam.
Periuk nasi nan terancam
digilas harga-harga
diacuhkan didiamkan
menyulut amarah
di orasikan
cacian bergema dijalan-jalan
dobrak pertahanan aparat
manusia saling menyakiti
reformasi hari ini.
ditulis pada January 5, 2014
Mari duduk bersila
kita akan berimajinasi
"mimpi indah di tahun 2025 nanti",
kala kita sudah bercucu...
masa depan adalah,
hal-hal yang telah ada
terletak di satu ruangan,
nan kita belum ketahui,
hanya sesederhana itu....
240 juta jiwa adalah berkah,
Bangsa nan kreatif itu,
teladan dalam pluralisme,
selama padu!!!
Walau reformasi ramai bertengkar,
partai-partai berebut kuasa,
sementara alampun tak hentinya meradang
tanpa kita sadari...
Kue produksi domestik naik,
walaupun tidak capai sasaran,
kini negeri peringkat 15 dunia,
anggota G-20...
Di atas kertas, di 2025,
sekitar setengah kue domestik ASEAN,
milik kita...
kita menjelma jadi raksasa
dapatkah kalian mengerti apa artinya itu ???
kebanggan yang harus di jaga...!!!!
Kawan-kawanku
"Bagaimana mendistribusikannya dengan adil ?"
itulah utamanya !!!
Tentunya tanpa jurang perbedaan,
antara bumi dengan langit
Juga tidak harus sama rata
"kwantitas" jaga, tapi juga "kwalitas"
keadilan dalam kesejahteraan
dipandu hati nurani...
Disemua lini, tak lagi ada :
Kelaparan kurang gizi
Anak tertimpa gedung sekolahnya
Ditolak berobat alasan biaya
agar hidup tak terlalu sunyi,
smua layak didengar, patut disapa
Mereka bingung, nan frustasi
ibu-ibu "kamisan" tanyakan anaknya,
bakar diri depan istana hingga jahit mulut dibawah tenda,
tak pula layak bocah dipenjara, sementara koruptor berkeliaran.
Demokrasi apa yang kita anut???
Jika rakyat sudah tidak didengar....
Kawan-kawanku
Politik serta ekonomi belaka
tak sanggup lagi
menenangkan keresahan itu...
Nuranilah keadilan,
perhalus dengan taqwa,
Sidharta Gautama memutuskan bertapa...
Telah kita lihat partai-partai berenggutan
memainkan sikut dan tendangannya
Sumpah serapah,
memaki...
Berkilah,
menebar uang !
Surat palsu berkeliaran,
bau busuk mengendus,
KPU dan MK saling menuduh
Demokrasi kita,
Tergradasi urakan
Indonesia kini dicekam kuku-kuku tajam
darahpun telah muncrat...
Rintihan disekap dilupakan,
Retorika ke retorika
Janji ke janji
Akan ke akan
Nanti ke nanti
Dusta ke dusta...
Penghancuran ini
dari dalam diri kita sendiri...
Tunggu saatnya,
di altar waktu,
semua kan terbuka...
Kawan-kawanku,
Semoga kita masih ada,
bersila bersama,
di 2025 nanti.
*sedikit mengutip dan mengubah syair dari Astar Siregar
ditulis pada June 1, 2013
Hay nak… kenapa kau tak sekolah???
Oh iya, kau sibuk mengais plastik ya?
Kebanyakan dari kita sewaktu kecil bercita-cita jadi dokter, pilot atau polisi.
Keren, bagaimana hidup membawa kita menjadi kita suatu hari nanti…
Aku sering memikirkan tentang cita-cita orang lain,
tentang mereka yang tak berpunya.
Lucu betapa mereka bisa tetap bermimpi meskipun terhalang bahasa dan pengetahuan,
dalam benakku Mereka mampu bermimpi tapi tak tahu arah mana yang di tuju,
faktanya…. Bagaimana bisa seorang mereka mampu…
ketika semua jalan telah di tutup?
Bagaimana bisa merubah mimpi jadi nyata ketika kewajiban hadir tidak pada waktunya?
Rifai….
Ya…. Rifai namanya….
Bocah kecil pemulung di negeri mahasiswa….
Berganti profesi menjadi peminta-minta...
Mungkin juga ber acting….
Entahlah…. Tapi itulah yang ku lihat…
Pandai sekali dia meneteskan air mata, sedikit malu kemudian mengiba
Jangan salahkan dia yang pandai berperan…
Itu keahliannya…
bisa jadi itu yang dia dapatkan dari didikan televisi tontonannya
Tapi televisi dimana? Dia seorang pemulung miskin di usianya yang muda?
Jangan bingung, telivisi ada di tiap kelurahan, sedikit kemakmuran untuk rakyat miskin
Menghibur diri dengan media modern yang syarat akan pembodohan...
Lalu siapa yang disalahkan? Apakah orang tuanya yang tak mampu?
atau pekerjaan yang terlalu syarat akan lulusan sekolahan???
Minimal 9 tahun katanya? Untuk menjadi office boy ataupun supir taxi itupun tahun 2011,
entah dengan sekarang..
Bagaimana bisa, Rifai mampu bersekolah? Uang makan saja masih memelas iba berharap ada yang mengiba…
Mengiba kawan bukan mencaci dan curiga….
Entah apa yg terjadi pada negeri ini sampai kita menjadi mahkluk penuh curiga melebihi rasa iba….
Menyalahkan mereka yang di anggap bodoh bukan mencari solusi bagaimana mengeluarkan mereka dari kebodohannya.
Rifai
namanya sang aktris cilik dari kaum marjinal, setetes air mata palsunya
ku anggap nyata untuk negaraku tercinta, INDONESIA.
Ditulis pada April 25, 2013